Senin, 26 Desember 2011

Cokelat, Sejarah Dan Reputasinya


Cokelat boleh jadi merupakan makanan yang paling populer pada hari valentine.
Hari kasih sayang memang sudah berlalu, tetapi mungkin Anda masih menyimpan hadiah cokelat yang diberikan pasangan?

Cokelat sejak lama memiliki reputasi tinggi. Makanan atau minuman yang dibuat dari biji tanaman Cokelat ini berhasil merebut hati banyak orang, tidak cuma karena kelezatannya, tapi juga nilai plus yang dimilikinya dalam memperbaiki suasana hati dan memengaruhi munculnya gelora cinta.

Pohon Cokelat, yang buahnya mengandung biji yang bisa diproses menjadi camilan cokelat, pertama kali ditemukan 2.000 tahun lalu di hutan tropis Amerika. Sementara itu, bangsa Maya merupakan bangsa pertama yang mengonsumsi Cokelat (250-900 SM). Mereka mencampur biji cokelat dengan berbagai bumbu untuk membuat minuman yang dipercaya mujarab.

Bagi bangsa Maya, cokelat merupakan perlambang hidup dan kesuburan. Karena itu, buah cokelat sering ikut hadir dalam ritual religius, termasuk upacara pernikahan dan dipercaya sebagai makanan para dewa.
Di wilayah Meksiko Tengah, bangsa Aztec percaya, orang yang makan biji dari pohon Coklat akan mendapatkan kebijaksanaan dan kekuatan. Mereka juga yakin makanan tersebut mengandung nutrisi yang baik bagi kesehatan dan punya manfaat afrodisiak. Raja Aztec Montezuma bahkan punya kebiasaan minum coklat setiap hari untuk menaikkan libidonya.
Cokelat mulai dibawa ke Eropa pada tahun 1519 setelah Montezuma menawarkan minuman yang berbumbu kepada pengelana Spanyol, Cortez, dan tentaranya. Cortez lalu membawa biji coklat ke Spanyol dan memopulerkannya. Namun, selama berabad-abad minuman coklat lebih dikenal sebagai minuman para bangsawan.
Reputasi Cokelat sebagai makanan afrodisiak sangat terkenal di kalangan bangsawan Perancis. Seni dan literatur bernuansa erotis banyak yang terinspirasi oleh kandungan coklat. Casanova, pengelana dari Italia yang lebih dikenal sebagai penakluk perempuan, diceritakan selalu mengonsumsi coklat sebelum bercinta. Keterkaitan cokelat dengan pembangkit gairah terus bertahan hingga saat ini.
Lalu, sejak kapan cokelat identik dengan perayaan kasih sayang di Hari Valentine? Literatur menyebutkan, sejak abad ke-17, para pasangan sudah mulai memberikan kado di Hari Valentine dan sesuatu yang manis sering dijadikan pilihan. Baru pada tahun 1868, Richard Cadbury memperkenalkan sekotak cokelat sebagai kado Valentine.
Khasiat afrodisiak
Meski para petualang cinta dalam sejarah selalu diceritakan mengonsumsi coklat, ternyata kandungan zat kimia phenylethylamine (PEA) atau “obat cinta” dalam coklat hanya sedikit. PEA ini diyakini dapat memengaruhi mood, perhatian, dan energi. Saat seseorang merasa sangat senang atau euforia, tubuh akan mengeluarkan PEA.
Namun, sejumlah peneliti mengatakan, kandungan flavonoid dalam coklat mampu melenturkan pembuluh darah sehingga aliran darah lancar.
Sumber : cokelat, sejarah dan reputasinyahttp://artinya.info/2011/12/cokelat-sejarah-dan-reputasinya.html

0 komentar:

Posting Komentar